Konsep Penyakit Flu Burung
Departemen Kesehatan mandefinisikan flu burung sebagai suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama lain dari penyakit ini antara lain avian influenza. Penyakit flu burung di Asia termasuk Indonesia sudah lama diidentifikasi yakni dari virus sub-type H5NI (Burhanudin Sundu, 2007). Departemen Kesehatan mencatat, dari 12 provinsi yang terinfeksi Flu Burung pada manusia, sampai dengan 31 Agustus 2008 terdapat 7 provinsi tidak ditemukan lagi yaitu Provinsi Lampung (infeksi 22 September 2005, 2 tahun 11 bulan), Provinsi Sulsel (infeksi 18 Juni 2006, 2 tahun 2 bulan), Provinsi Sumsel (infeksi 10 Maret 2007, 1 tahun 5 bulan), Provinsi Riau (infeksi 31 Oktober 2007, 10 bulan tak ada kasus), Provinsi Jawa Timur (infeksi 19 Maret : 1 tahun 7 bulan), Provinsi Sumatra Utara (infeksi 3 Mei 2007 : 1 tahun 3 bulan), dan Provinsi Bali (infeksi 14 Agustus 2007, 1 tahun). Sampai saat ini, penularan Flu Burung (FB) masih berasal dari unggas ke manusia. Berdasarkan pemeriksaan spesimen dan kontak kasus pada periode Januari – 31 Agustus sebanyak 986 (tahun 2006), 1.218 (tahun 2007), dan 805 spesimen (tahun 2008) dan terhadap kontak kasus, menunjukkan belum terjadi adanya penularan antar manusia. Berdasarkan surveilans epidemiologi Flu Burung pada akhir bulan Juli 2008 ditemukan 1 kasus positif Flu Burung atas nama Jk (L, 20 th) warga Tangerang Banten yang meninggal tanggal 31 Juli 2008. Sementara pada bulan Agustus 2008 tidak ditemukan adanya kasus baru. Pemeriksaan terhadap 12 orang suspek Flu Burung warga di Afdeling 5 Damuli Dusun IV Air Batu, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, awal Agustus lalu, semuanya negatif Flu Burung. Kasus suspek Flu Burung tersebut ditemukan berdasarkan kegiatan surveilans aktif sejak tanggal 5 – 7 Agustus 2008 oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan Dinkes Kabupaten Asahan.
Penularan virus flu burung ke manusia sampai terjadi kejadian sakit dapat melalui fakot-faktor berikut :
a.Binatang: kontak langsung dengan unggas yang sakit atau produk unggas yang sakit
b.Lingkungan: udara atau peralatan yang tercemar virus tersebut baik yang berasal dari tinja atau sekret unggas yang terserang virus flu burung (AI)
c.Manusia: sangat terbatas dan tidak efisien (ditemukannya beberapa kasus dalam kelompok / cluster)
d.Konsumsi produk unggas yang tidak dimasak dengan sempurna mempunyai potensi penularan virus flu burung.
Sifat virus avian influenza sebagaimana virus lainnya memerlukan bahan organik untuk tetap hidup. Didalam tubuh unggas dan babi virus avian influenza dapat berkembang biak atau bereplikasi menjadi sangat banyak Virus avian influenza juga bersifat labil atau mudah mengalami mutasi dari potogen ringan ke yang ganas atau sebaliknya. Virus avian influenza juga dapat beradaptasi dengan obat maupun vaksin. Sehingga perlu dilakukan monitoring faksinasi untuk mengetahui apakah vaksin yang dipergunakan masih efektif atau tidak. Jika tidak, maka harus dibuat vaksin yang baru dengan menggunakan virus yang ditemukan di lapangan yang dilemahkan.
Virus avian influenza merupakan virus yang lemah dan tidak tahan panas dan zat desinfektan (pencuci hama). Dalam daging ayam , virus ini mati pada suhu 80˚C selam satu menit atau 70˚C selama 30 menit. Pada telur ayam, virus avian influenza mati pada suhu 64˚C selama 4,5 menit. Namun pada kotoran ayam virus avian influenza ini mampu bertahan selama 35 hari pada suhu 4˚C. Sedangkan dalam air, virus tersebut dapat tahan hidup selama 4 hari dalam suhu 22˚C dan 30 hari dalam suhu 0˚C. Di kandang ayam virus bertahan selama 2 minggu setelah depopulasi ayam, namun virus ini dapat mati dengan desinfektan
Masa inkubasi dari virus flu burung rata-rata 3 (1 – 7 hari). Masa penularan pada manusia adalah 1 hari sebelum dan 3 – 5 hari setelah gejala timbul, sedangkan penularan pada anak dapat mencapai 21 hari. Gejala yang ditimbulkan sama seperti flu biasa, ditandai dengan demam mendadak (suhu 38°C), batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak, sakit kepala, malaise, muntah, diare dan nyeri otot. Penegakan diagnosa dari penyakit flu burung terdiri dari,
1. Riwayat penyakit, yaitu keluhan yang dirasakan (digunakan untuk mengetahui klasifikasi kasus) dan faktor resiko yang dimiliku oleh penderita,
2. Pemeriksaan fisik,
3. Pemeriksaan laboratorium,
a. Prosedur pengambilan sampel terdiri dari bilas hidung, usap nasofaring, usap orofaring dan sampel dari urin.
b. Sampel tersebut akan diuji untuk tes cepat untuk antigen influenza pada manusia tipe A maupun tipe B dan tes RT-PCR kualitatif untuk influenza manusia tipe A maupun tipe B.
4. Rontgen,
5. Kondisi pasien cenderung cepat memburuk, dengan komplikasi gagal ginjal, kolaps kardiovaskular, ventilator associated pneumonia, sepsis (tanpa bakteriemia) dan kegagalan pernapasan (Respiratory Failure)
Prinsip umum terapi yang dilakukan pada penyakit flu burung terdiri dari,
1. Terapi harus termasuk pengobatan terhadap pnemonia yang didapat di masyarakat yang belum jelas penyebabnya,
2. Cara penobatan sesuai dengan beratnya keadaan pasien,
3. Gunakan antibiotika untuk pengobatan infeksi sekunder,
4. Jangan gunakan aspirin atau derivatnya
Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Flu Burung
a. Program Nasional
1. Tujuan
a. Tujuan terpadu penanganan Flu Burung secara nasional adalah :
1. Mencegah perkembangan Flu Burung ke tahap berikutnya
2. Penatalaksanaan sebaik-baiknya pasien atau korban Flu Burung pada manusia dan hewan
3. Meminimalkan kerugian akibat perkembangan Flu Burung
4. Pengelolaan pengendalian Flu Burung secara berkelanjutan
b. Tujuan Umum :
1. Mempertahankan daerah bebas Flu Burung dan mengendalikan Flu Burung di daerah tertular
2. Menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat Flu Burung
3. Menurunkan dampak social ekonomi akibat Flu Burung
4. Meningkatkan kontribusi dalam pemecahan Flu Burung secara global
2. Target
1. Mengendalikan wabah Flu Burung pada hewan sampai dengan akhir tahun 2008:
a. Mempertahankan daerah bebas Flu Burung
b. Membebaskan Flu Burung dari sektor 1 & 2
c. Menekan kasus Flu Burung pada sektor 3 & 4
d. Mencegah penularan AI dari unggas ke ternak lain
2. Mencegah dan mengendalikan kejadian luar biasa (KLB) atau wabah pada manusia :
a. Mencegah penularan Flu Burung dari hewan ke manusia pada akhir 2008
b. Kesiapsiagaan menghadapi pandemic influenza
3. Strategi P2M Flu Blurung
Pemerintah menetapkan 10 Strategi nasional untuk penanggulangan Avian Influenza (Flu Burung) antara lain sebagai berikut,
1. Strategi I : Pengendalian penyakit pada hewan
Tujuan : menurunkan kasus kematian hewan dan mencegah penyebaran penyakit Flu Burung ke daerah yang lebih luas
Kegiatan pokok :
a. Melaksanakan depopulasi selektif pada daerah tertular
b. Melaksanakan stamping out pada daerah tertular baru
c. Memperketat biosecurity
d. Pengawasan lalu lintas pembawa media HPAI
e. Melakukan vaksinasi
1. Penguatan managemen berkelanjutan (perencanaan, aktivitas, pengorganisasian, koordinasi, monitoring dan evaluasi)
Tujuan :
a. Mengembangkan system dan mekanisme manajemen pengendalian Avian Influenza dan kesiapsiagaan menghadapi pandemic influenza
b. Memobilisasi sumber daya dari berbagai sumber dai dalam negeri dan internasional
Target :
Terbentuknya manajemen pengendalian Avian Influenza dan kesiapsiagaan Pandemic Influenza (PI) yang terintegrasi
2. Penguatan surveilans pada hewan dan manusia
Tujuan :
a. Memperkuat surveilans rutin dan SKD terpadu
b. Tim respons kejadian luar biasa dan manajemen kontak
c. Meningkatkan pelaksanaan surveilans penyakit ILI dengan fo€kus Avian Influenza pada saat Pandemic Influenza
Target :
a. Memperkuat surveilans termasuk SKD terpadu berbasis komunitas di setiap desa, berbasis laboratorium (8 lab regional)
b. Memperkuat lembaga-lembaga kesehatan hewan yang berada di Pusat dan daerah untuk mendukung surveilans dan peringatan dini
3. Pencegahan dan pengendalian
Tujuan :
a. Mencegah dan memutus rantai penularan AI dan Influenza pandemic
b. Pengendalian virus AI dan influenza pandemic pada daerah terjangkit
c. Menyediakan dan mengembangkan obat antivirus dan vaksin
Target :
a. Mempertahankan daerah bebas flu burung dan membebaskan wilayah tertular
b. Mengembangkan kapasitas penyediaan atau pembuatan obat anti virus dan vaksin
4. Penguatan kapasitas respons pelayanan
Tujuan :
a. Meningkatkan system pelayanan kesehatan manusia dan hewan di pusat dan di daerah
b. Meningkatkan kapasitas (SDM, peralatan, metode) RS rujukan
Target :
a. Memperkuat dan mengembangkan kapasitas 44 menjadi 100 RS rujukan
b. Menyiapkan kapasitas tenaga terlatih dalam pengendalian flu burung dan pandemic influenza
c. Dilengkapinya sarana dan prasarana serta sumber daya manusia lembaga pelayanan kesehatan hewan
5. KIE
1. Strategi II :Penatalaksanaan kasus pada manusia
Tujuan :
a. Kecepatan dan ketepatan diagnosa penyakit
b. Melaksanakan tata laksana kasus sesuai standar
Kegiatan yang telah dilakukan :
a. Memperkuat RSPI Soelianti Sarosa sebagai Rumah Sakit Rujukan Nasional
b. Menyiagakan 44 RS Rujukan AI 2006, dan 100 RS pada tahun 2007. (Dit Jen Bina Yanmedik)
c. Telah tersusun Pedoman Tata Laksana kasus di rumah sakit
d. Sosialisasi Tata Laksana kasus
e. Mengembangkan laboratorium AI di RS
2. Strategi III :Perlindungan kelompok risiko tinggi
Tujuan : Melindungi kelompok berisiko tinggi
Target : Terlindunginya kelompok berikut dari penularan AI :
a. Penyediaan Alat Pelindung Perorangan (PPE) Petugas medis dan paramedis kesehatan di RS, Lab, dan Petugas Penyelidikan Epidemiologi Lapangan
b. Distribusi bantuan PPE LENGKAP dari JICA 110 SET
c. Distribusi bantuan PPE Tidak LENGKAP : dari Singapura 440 set Stock PPE Asean di Singapura dari Jepang 700000 set dapat diminta bila diperlukan
3. Strategi IV :Surveilans epidemiologi pada hewan dan manusia
Tujuan :
a. Mengembangkan sistem surveilans Flu burung pada manusia dan hewan.
b. Mengembangkan sistem kewasapadaan dini pada manusia dan hewan.
c. Memperkuat kapasitas surveilans untuk mengahadapi pandemi.
d. Mengetahui penyebaran penyakit.
e. Mengetahui epidemiologi dan dinamika penyakit
f. Menetapkan pewilayahan (zoning penyakit)
Kegiatan yang telah dilakukan :
a. Mengembangkan PEDOMAN sistem surveilans TERPADU AI pada manusia dan hewan.
b. Mengikuti latihan di Singapura atas support pemerintah Singapura
c. Mengikuti latihan di australia atas support pemerintah australia. (9 orang depkes, 1 orang Deptan)
d. Menyiagakan tim Respon Cepat dan Penanggulangan
e. Mengikuti pelatihan dan workshop di
f. Melakukan penyelidikan Epidemiologi KLB AI/FB
g. Pengembangan Community Based Surveillance di Indramayu. (2 desa)
h. Mengembangkan surveilans ILI dan surveilans virologi AI bekerja sama dengan Badan Litbang Depkes dan di Suppport CDC Atlanta
i. Menyusun pedoman Tindakan Cepat dan penanggulangan Pandemi Influenza
Kegiatan yang akan dilakukan :
a. Pelatihan Penyelidikan Epidemiologi dan Respon Cepat, bantuan WHO
b. Memperkuat surveilans Integrasi di Provinsi dan Kabupaten (janji bantuan CDC dan Uni Eropa melalui WHO)
4. Strategi V :Restrukturisasi sisitem industri perunggasan
Tujuan : Memperbaiki struktur dan sistem perunggasan
5. Strategi VI :Komunikasi, informasi dan edukasi
Tujuan :
a. Mendiseminasi pengetahuan tentang flu kepada masyarakat.
b. Pemberdayaan masyarakat ikut aktif dalam surveilans.
c. Melakukan advokasi kepada pengambil keputusan kebijakan untuk menangani flu burung.
d. Membangun citra Indonesia di dunia internasional tentang upaya yang telah dilakukan.
Kegiatan yang telah dilakukan :
1. Pres release
2. Wawancara dan talk show di televisi dalam negeri dan luar negeri.
3. Leaflet, poster
4. Orientasipenanggulangan FB /AI untuk para wartawan
5. Buku saku waspada flu burung
6. Website : penyakit menular.info
7. Melakukan advokasi kepada pengambil kebijakan untuk menanggulangi AI
8. Mendampingi depkominfo dalam sosialisasi ancaman dan pencegahan AI
9. Membangun citra Indonesia di dunia internasional tentang upaya yang telah dilakukan
Kegiatan yang akan dilakukan :
1. Membangun jaringan juru bicara di provinsi dan kabupaten
2. Rencana pelatihan juru bicara (akan dibantu CDC Atlanta) untuk komunikasi resiko KLB.
6. Strategi VII :Penguatan dukungan peraturan
Tujuan :
a. Memperkuat perudangan yang memadai dalam rangka penanggulangan AI
b. Mengembangkan otoritas veteriner pada institusi terkait
c. Memperkuat lembaga yang membidangi peternakan dan kesehatan hewan disetiap propinsi dan kabupaten/kota
d. Memperkuat kelembagaan pelayanan kesehatan dalam penanggulangan AI
Target :
a. Ditetapkannya revisi atas UU no.6 tahun 1967 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pada akhir 2006
b. Tersusunnya Peraturan Pemerintah tentang penanggulangan AI pada akhir 2007
c. Tersusunnya tata hubungan kerja departemen dan antara pusat dan daerah termasuk swasta dan masyarakat
d. Terbentuknya dinas/sub dinas peternakan di kabupaten/kota tertentu
7. Strategi VIII : Peningkatan kapasitas
Tujuan :
a. Memperkut kapasitas surveilans
b. Meningkatkan kapasitas laboratorium diagnosis AI
c. Meningkatkan kapasitas rumah sakit dan poskeswan
d. Meningkatkan kapasitas veteriner lapangan
Kegiatan yang akan dilakukan :
a. Terbentuk dan berfungsinya tim surveilans integrasi di pusat dan di daerah pada tahun 2006
b. Terbentuk dan berfungsinya tim respon cepat terpadu di pusat dan di daerah pada tahun 2006
c. Terbentuknya laboratorium BSL 3 untuk hewan dan manusia pada tahun 2006 (BADAN LITBANG)
d. Berfungsinya 8 laboratorium regional untuk manusia dan 7 Lab kesehatan hewan, dan penambahan 2 laboratorium kesehatan hewan baru
e. Berfungsinya laboratorium karantina hewan di 40 UPT pada tahun 2008 untuk screening test AI
f. Berbentuknya jejaring kerja laboratorium untuk hewan dan manusia pada tahun 2006
g. Berfungsinya 44 rumah sakit rujukan pada tahun 2006
8. Strategi IX : Penelitian kaji tindak
Tujuan :
a. Melakukan penelitian dan mengembangkan vaksin AI pada hewan dan manusia
b. Memperbaiki peralatan diagnostic
c. Mengetahui pola transmisi virus AI
Target :
a. Teridentifikasinya strain virus AI pada akhir 2008
b. Tersedianya diagnostik kit yang spesifik dan sensitif pada akhir 2007
c. Teridentifikasinya kandidat vaksin AI pada akhir tahun 2008
9. Strategi X : Monitoring dan evaluasi
Tujuan :
Mengetahui perkembangan kegiatan dan dampak serta permasalahan yang timbul
Target :
Tersusunnya laporan monitoring dan evaluasi penanganan AI secara berkala (bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun)
Tata laksana pada kontak
1. Monitor ketat pada semua kontaks
2. Berikan obat antiviral saat ketemu gejala – panas ,batuk ,flu
3. Isolasi kontaks di rumah
4. Jaminan makanan dan air selama perawatan
Saat kejadian luar biasa diperlukan mengatur tempat tidur tersedia
a. Tentukan rumah sakit rujukan
b. Identifikasi fasilitas isolasi yang tersedia
c. Identifikasi fasilitas yang dikembangkan sebagai tempat
- Bangsal isolasi
- Rumah sakit isolasi
- Identifikasi fasilitas perawatan intensif yang dapat dikembangkan
Vaksin
1. Vaksin untuk AL pada manusia tidak tersedia
2. Berikan vaksinasi influenza pada petugas kesehatan
3. Bila vaksin tersedia
4. Identifikasi kelompok risiko tinggi untuk perlindungan segera mencakup para pekerja kesehatan dan para pekerja penting
5. Identifikasi mekanisme penyebaran vaksin
d. Isolasi disekitar KLB
Kapasitas Laboratorium
1. Identifikasi kapasiti lab. Yang ada
2. Identifikasi perluasan kapasiti dalam keadaan darurat.
a. Dukungan klinisi (Heamatology, Biochemestry)
b. Monitoring diagnostic jenis virus
3. Identivikasi strategi tranfortasi sample
a. Sample geografis
b. Sample beratnya penyakit
Pemulasaran Jenasah
1. Identifkasi yang meninggal
2. Penanganan Jenasah
a. Keamanan bagi petugas/ keluarga yang mendampingi
b. Budaya penguburan
3. Waspada dengan kematian masal
4. Komunikas dengan baik
Dukungan Pada Petugas
1. Psikologi support
2. Makanan
3. Keamanan
4. Proteksi
b. Program Puskesmas
1. Peran dan Fungsi Puskesmas
Puskesmas adalah tempat pelayanan kesehatan pertama yang dituju oleh masyarakat sebelum melakukan rujukan ke rumah sakit. Peran puskesmas dalam penanggulangan penyakit menular (P2M) Avian Influenza atau flu burung sangat penting, yaitu :
1. Deteksi kasus secara dini,
2. Rujukan kasus sedini mungkin,
3. Memfasilitasi pemberian Tamiflu dalam jangka waktu 48 jam,
4. Pencegahan terjadinya kasus baru.
Fungsi dari puskesmas dalam penanggulangan penyakit menular (P2M) Avian Influenza atau flu burung adalah,
1. Sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan, yaitu penekanan pada kegiatan-kegiatan promotif dan preventif dalam peningkatan tingkat kesehatan masyarakat,
2. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, yaitu masyarakat mempunyai hak dan daya (power) dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan kesehatan, dan meningkatkan keterlibatan masyarakat secara aktif, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi,
3. Sebagai pusat pelayanan kesehatan, yaitu terdiri dari dua kegiatan, wajib dan pengembangan, beberapa kegiatan wajib antara lain promosi kesehatan, kesehatan keluarga, gizi, kesehatan lingkungan, dan pengobatan yang profesional, bermutu dan aman.
2 Upaya Puskesmas dalam Penanggulangan Penyakit Flu Burung
Upaya-upaya yang dilakukan Puskesmas dalam pemberantasan Flu burung dilakukan dengan melalui beberapa pendekatan, antara lain :
1. Pendekatan PKMD (Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa), dengan pemberdayaan masyarakat.
Langkah-langkah yang diambil :
a. Melaksanakan langkah langkah konsolidasi di Puskesmas bersama seluruh staf puskesmas, pustu, bidan desa, perawat, dll
b. Melaksanakan langkah langkah advokasi dan bina suasana (kerja sama/partnership) dengan Camat dan Pejabat Kecamatan lain khususnya kepala desa yang terkena kasus.
Membicarakan tentang rencana :
1. Melaksanakan pertemuan tingkat kecamatan dengan pihak terkait
2. Melaksanakan penggerakan pemberdayaan di kelurahan kelurahan terutama yang ada kasus flu burungnya kemudian kelurahan lainnya
c. Melaksanakan pertemuan tingkat kecamatan, diikuti oleh desa-desa diwilayahnya.
2. Puskesmas ikut berperan dalam Desa Siaga.
Langkah-langkah yang diambil :
a. Mengkoordinasikan semua kegiatan
b. Melakukan pembinaan terhadap desa siaga
c. Menyiapkan fasilitas kesehatan yang diperlukan oleh desa siaga dalam penanganan kasus-kasus Kejadian Luar Biasa dan korban bencana
d. Melakukan sosialisasi kemasyarakat mengenai desa siaga
e Melakukan pelatihan penanggulangan KLB dan Kegawatdaruratan terhadap desa siaga
3. Puskesmas berperan sebagai kader Flu Burung.
Yang bertanggung jawab antara lain :
1. Deteksi dini gejala suspek avian influenza pada manusia
2. Surveilans sederhana
3. Penyuluhan pencegahan risiko penularan dari unggas dan olahannya ke manusia
4. Pemantauan kontak kasus
5. Menginformasikan pada masyarakat desinfeksi sumber penularan
6. Melaporkan ke puskesmas adanya kasus suspek sebagai bentuk komunikasi cepat rujukan
3. Surveilans Flu Burung Di Tingkat Puskesmas
Tujuan Umum :
Mengetahui perkembangan epidemiologi, virologi dan klinis Avian influenza yang mampu mendukung upaya penanggulangan KLB Avian influenza dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza.
Tujuan Khusus :
1. Deteksi dini wabah AI-unggas/hewan penular
2. Gambaran epidemiologi AI-unggas dan subtipe virus
3. Gambaran epidemiologi faktor risiko AI-unggas
4. Pemetaan daerah tertular, terancam dan bebas AI-unggas
5. Deteksi, peringatan dini & respon cepat kasus AI
6. Gambaran epid. AI (klinis, epidemiologi dan mikrobiologi), sumber dan cara penularan serta rumusan penanggulangannya
7. Deteksi dini risiko penularan AI unggas –manusia
8. Deteksi dini risiko penularan AI manusia – manusia
9. Gambaran klinis, fisiologi dan penata-laksanaan kasus serta resistensi obat
untuk gambar jejaring P2M dapat menghubungi saya ke indri.diyah.pl@gmail.com
disusun oleh indri diyah dan kelompok 5 keperawatan komunitas FKP UNAIR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar