Rabu, 13 Mei 2009

DIET KHUSU PENDERITA DIABETES MELLITUS

1 Gambaran Umum Diabetes Melitus
Diabetes mellitus (DM) memiliki tingkat prevalensi yang tinggi dan diduga terdapat sekitar 16 juta kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagnosis 600.000 kasus baru. Di Amerika, diabetes merupakan penyebab kematian ketiga dan merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa akibat dari retino diabetic. Penderita diabetes paling sedikit 2 ½ kali lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita diabetes. Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus di dunia. Pada tahun 2000, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang menderita penyakit diabetes. Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur.
Penyakit diabetes mellitus juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. (Wikipedia, 2009). Insulin merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dan dibentuk oleh sel-sel beta pulau Langerhans pankreas. Menurut Price & Wilson, diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Oleh karena itu, secara umum dapat disimpulkan bahwa penyebab dari diabetes mellitus adalah terjadinya insufisiensi insulin.
Diabetes mellitus dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan, di antaranya penggolongan diabetes mellitus menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes diklasifikasikan menjadi :
a. Diabetes mellitus yang terdiri dari dua tipe yaitu :
1. Diabetes mellitus Tipe I atau Juvenile Onset atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), yang penyebabnya masih idiopatik dan kemungkinan juga dapat disebabkan oleh penyakit autoimun,
2. Diabetes mellitus Tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), yang disebabkan karena terjadinya kombinasi dari kecacatan dalam produksi insulin dan resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas terhadap insulin (adanya defek respon jaringan terhadap insulin) yang melibatkan reseptor insulin di membran sel.
b. Diabetes mellitus kehamilan atau yang lebih dekal sebagai Gestational Diabetes Mellitus (GDM), yang disebabkan karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi glukosa sehingga kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.
c. Tipe spesifik lain yang menyebabkan intoleransi glukosa, yaitu cacat genetik fungsi sel beta (MODY), cacat genetik kerja insulin: sindrom resistensi insulin berat, endokrinopati dari Cushing Syndrome dan akromegali, penyakit endokrin pankreas, obat atau induksi secara klinis dan infeksi.
d. Gangguan toleransi glukosa (IGT)
e. Gangguan glukosa puasa (IFG)
Manifestasi klinis secara umum telah dikenal oleh banyak orang sebagai trias diabetes yaitu poliuria, polidipsia, polifagia. Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olahraga. Penderita diabetes (diabetesi) yang kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi. Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani pengobatan penderita diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan berat badan, sedangkan sebagian besar penderita diabetes tipe II tidak mengalami penurunan berat badan.

Gambar 1. Manifestasi klinis diabetes mellitus secara umum

Diabetes merupakan penyakit yang memiliki komplikasi (menyebabkan terjadinya penyakit lain) yang paling banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi terus menerus, sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya. Zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam dinding pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan saraf. Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita diabetes. Sirkulasi darah yang buruk ini melalui pembuluh darah besar (makro) bisa melukai otak, jantung, dan pembuluh darah kaki (makroangiopati), sedangkan pembuluh darah kecil (mikro) bisa melukai mata, ginjal, saraf dan kulit serta memperlambat penyembuhan luka.
Penderita diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi jangka panjang jika diabetesnya tidak dikelola dengan baik. Komplikasi yang lebih sering terjadi dan mematikan adalah serangan jantung dan stroke. Kerusakan pada pembuluh darah mata bisa menyebabkan gangguan penglihatan akibat kerusakan pada retina mata (retinopati diabetikum). Kelainan fungsi ginjal bisa menyebabkan gagal ginjal sehingga penderita harus menjalani cuci darah (dialisa). Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika satu saraf mengalami kelainan fungsi (mononeuropati), maka sebuah lengan atau tungkai dapat secara tiba-tiba menjadi lemah. Jika saraf yang menuju ke tangan, tungkai dan kaki mengalami kerusakan (polineuropati diabetikum), maka pada lengan dan tungkai bisa dirasakan kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan. Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cidera karena penderita tidak dapat merasakan perubahan tekanan maupun suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan ulkus (borok) dan semua penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai harus diamputasi.

2 Tujuan Diet Diabetes Melitus
Tujuan dari terapi gizi pada penyakit diabetes mellitus adalah menyesuaikan makanan dengan kesanggupan dari tubuh untuk menggunakannya, sehingga membantu penderita untuk :
a. Menurunkan kadar gula darah mendekati normal yang menjadi tujuan utama dalam terapi gizi ini, meskipun kadar gula darah yang benar-benar dalam kisaran normal sangat sulit untuk dipertahankan.
b. Menurunkan gula dalam urine menjadi negatif.
c. Mencapai berat badan normal/ideal.

Syarat-syarat yang diperlukan untuk diet diabetes mellitus (DM) adalah :
1. Kebutuhan kalori disesuaikan dengan kelainan metabolik, umur, berat badan, tinggi badan, dan aktivitas tubuh.
2. Jumlah hidrat arang disesuaikan dengan kesanggupan tubuh dalam menggunakan tubuh dalam menggunakannya.
3. Cukup protein, mineral, vitamin di dalam makanan.

Penentuan dari terapi gizi ini juga terkait dengan bahan makanan yang dikonsumsi penderita DM. Bahan makanan yang harus dibatasi oleh penderita DM yaitu sumber hidrat arang kompleks seperti nasi, lontong, roti, ubi, singkong, mie, bihun, macaroni dan makanan lain yang dibuat dari tepung-tepungan. Bahan makanan yang harus dihindari terdiri dari gula murni dan makanan yang diolah dengan gula murni, seperti gula pasir, gula jawa, gula-gula dodol, coklat, jam, madu, sirup, susu kental manis, es krim, kue-kue manis, coke, tarcis, buah dalam kaleng, dendeng, abon, kecap, dan lain-lain. (sumber???????????????????)

3 Kebutuhan Zat Gizi pada Penderita DM
Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang cukup dan disertai pengurangan total lemak terutama lemak jenuh. Pengetahuan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5–10 kg), sudah terbukti dapat meningkatkan kontrol diabetes, walaupun berat badan idaman tidak dicapai. Penurunan berat badan dapat diusahakan dicapai dengan baik dengan penurunan asupan energi yang moderat dan peningkatan pengeluaran energi. Dianjurkan pembatasan kalori sedang yaitu 250-500 Kkal lebih rendah dari asupan rata-rata sehari. Kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan dapat diuraikan sebagai berikut,
1. Protein
Hanya sedikit data ilmiah untuk membuat rekomendasi yang kuat tentang asupan protein orang dengan diabetes. ADA pada saat ini menganjurkan mengkonsumsi 10% – 20% energi dari protein total, sedangkan menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia kebutuhan protein untuk orang dengan diabetes adalah 10 – 15% energi. Asupan protein perlu diturunkan menjadi 0,8 g/kg perhari atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologi tinggi.
2. Total Lemak
Asupan lemak dianjurkan kurang dari 10% energi dari lemak jenuh dan tidak lebih 10% energi dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya yaitu 60 – 70% total energi dari lemak tidak jenuh tunggal dan karbohidrat. Distribusi energi dari lemak dan karbohidrat dapat berbeda-beda setiap individu berdasarkan pengkajian gizi dan tujuan pengobatan. Anjuran persentase energi dari lemak tergantung dari hasil pemeriksaan glukosa, lipid, dan berat badan yang diinginkan. Untuk individu yang mempunyai kadar lipid normal dan dapat mempertahankan berat badan yang memadai (diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal pada anak dan remaja) dapat dianjurkan tidak lebih dari 30% asupan energi dari lemak total dan kurang dari 10% energi dari lemak jenuh. Dalam hal ini anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20 – 25% energi. Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet dislipidemia tahap II yaitu kurang dari 7% energi total dari lemak jenuh, tidak lebih dari 30% energi dari lemak total dan kandungan kolesterol 200 mg/hari.
Apabila peningkatan trigliserida dan VLDL merupakan masalah utama, pendekatan yang mungkin menguntungkan selain menurunkan berat badan dan peningkatan aktivitas adalah peningkatan sedang asupan lemak tidak jenuh tunggal 20% energi dengan kurang dari 10% energi masing-masing dari lemak jenuh dan tidak jenuh ganda sedangkan asupan karbohidrat lebih rendah. Perencanaan makanan tinggi lemak tidak jenuh tunggal dapat dilakukan antara lain dengan penggunaan nuts, alpukat dan minyak zaitun. Namun demikian pada individu yang kegemukan peningkatan asupan lemak dapat memperburuk kegemukannya. Pasien dengan kadar trigliserida lebih dari 1000 mg/dl mungkin memerlukan penurunan semua tipe lemak makanan untuk menurunkan kadar lemak plasma dalam bentuk kilomikron.
3. Lemak Jenuh dan Kolesterol
Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol adalah untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu, kurang dari 10% asupan energi sehari seharusnya dari lemak jenuh dan asupan makanan kolesterol makanan hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg per hari. Namun demikian rekomendasi ini harus disesuaikan dengan latar belakang budaya dan etnik.
4. Karbohidrat dan Pemanis
Rekomendasi tahun 1994 lebih menfokuskan pada jumlah total karbohidrat dari pada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal, menilai kembali fruktosa dan lebih konservatif untuk serat. Buah dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik menyerupai roti, nasi dan kentang. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai respon glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi daripada sumber karbohidrat. Anjuran konsumsi karbohidrat untuk orang dengan diabetes di Indonesia adalah 60–70% energi.
5. Sukrosa
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada individu dengan diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang mengandung sukrosa harus diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak hanya dengan menambahkannya pada perencanaan makan. Dalam melakukan substitusi ini kandungan zat gizi dari makanan-makanan manis yang pekat dan kandungan zat gizi makanan yang mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, demikian juga adanya zat gizi-zat gizi lain pada makanan tersebut seperti lemak yang sering dimakan bersama sukrosa. Mengkonsumsi makanan yang bervariasi memberikan lebih banyak zat gizi dari pada makanan dengan sukrosa sebagai satu-satunya zat gizi.
6. Pemanis Buatan
a. Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil daripada sukrosa dan kebanyakannya karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes. Namun demikian, karena pengaruh penggunaan dalam jumlah besar (20% energi) yang potensial merugikan pada kolesterol dan LDL, fruktosa tidak seluruhnya menguntungkan sebagai bahan pemanis untuk orang dengan diabetes. Penderita dislipidemia hendaknya menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar, namun tidak ada alasan untuk menghindari makanan seperti buah dan sayuran yang mengandung fruktosa alami ataupun konsumsi sejumlah sedang makanan yang mengandung pemanis fruktosa.
b. Sorbitol, mannitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa (polyols) yang menghasilkan respon glikemik lebih rendah daripada sukrosa dan karbohidrat lain. Penggunaan pemanis tersebut secara berlebihan dapat mempunyai pengaruh laksatif.
c. Sakarin, aspartam, acesulfame adalah pemanis tak bergizi yang dapat diterima sebagai pemanis pada semua penderita DM.
7. Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk orang yang tidak diabetes. Dianjurkan mengkonsumsi 20–35 gram serat makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 gram/hari dengan mengutamakan serat larut.
8. Natrium
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mg natrium per hari.

4 Prinsip Perencanaan Diet Penderita dengan DM
4.1 Kebutuhan Kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal komposisi energi adalah 60–70% dari karbohidrat, 10-15% dari protein dan 20–25% dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang dengan diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan berdasarkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, kehamilan/laktasi, adanya komplikasi dan berat badan. Cara lain adalah seperti tabel 1 di bawah ini.
Dewasa Kalori/kg BB Ideal
Kerja santai Sedang Berat
Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 45 40 – 45

Sedangkan cara yang lebih mudah lagi adalah dengan pegangan kasar, yaitu untuk pasien kurus 2300 – 2500 kalori, normal 1700 – 2100 kalori dan gemuk 1300 - 1500 kalori. Perhitungan jumlah kalori ditentukan oleh status gizi, umur, ada tidaknya stress akut, dan kegiatan jasmani. Penentuan status gizi dapat dipakai indeks masa tubuh (IMT), rumus Brocca dan persentasi dari Relative Body Weight (RBW).
a. Penilaian Status Gizi Berdasarkan IMT
IMT dihitung berdasarkan pembagian berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter kuadrat).






Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT :
Klasifikasi IMT
Berat badan kurang < idaman =" 90%" ideal =" (TB" bbr =" BB" tb =" tinggi">120 % <> 110 %
Obesitas ringan BBR 120 – 130%
Obesitas sedang BBR 130 – 140%
Obesitas berat BBR > 100%
Obesitas morbid > 200%

Dalam praktek, pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita diabetes mellitus yang beraktivitas biasa adalah :
 Kurus : berat badan x 40 – 60 kalori sehari
 Normal : berat badan x 30 kalori sehari
 Gemuk : berat badan x 20 kalori sehari
 Obesitas : berat badan x 10 – 15 kalori sehari
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori.
1. Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria, untuk ini dapat dipakai angka 25 kal/kg BB untuk wanita dan angka 30 kal/kg BB untuk pria.
2. Umur
a. Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi daripada orang dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kal/kg BB.
b. Umur 1 tahun membutuhkan ± 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak lebih dari 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya.
c. Penurunan kebutuhan kalori di atas 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap dekade antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara 60 dan 69 tahun dikurangi 10%, di atas 70 tahun dikurangi 20%.
3. Aktivitas fisik atau pekerjaan.
Jenis aktivitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis aktivitas dikelompokkan sebagai berikut :
a. Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%.
b. Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga, dan lain-lain kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal.
c. Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang, kebutuhan dinaikkan menjadi 30% dari basal.
d. Berat : petani, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah 40%.
e. Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah 50% dari basal.
4. Kehamilan/Laktasi
Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kal/hari dan pada trimester II dan III 350 kal/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550 kal/hari.
5. Adanya komplikasi, infeksi
Trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius.
6. Berat badan
Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30% bergantung kepada tingkat/kekurusannya.

2.4.2 Daftar Makanan Penukar
Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan dengan ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan dianggap mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama. Dikelompokkan menjadi 7 kelompok bahan makanan yaitu :
a. Golongan 1 : bahan makanan sumber karbohidrat.
Satu satuan penukar mengandung : 175 kalori, 4 g protein, 40 g karbohidrat.

Bahan makanan Berat (g) Ukuran
Nasi 100 ½ gls
Nasi tim 200 1 gls
Bubur beras 400 2 gls
Nasi jagung 100 ½ gls
Kentang 200 2 bj sdg
Singkong*) 100 1 ptg sdg
Talas 200 1 bj bsr
Ubi 150 1 bj sdg
Biskuit meja 50 5 bh
Roti putih 80 4 iris
Krakers 50 5 bh bsr
Bahan makanan Berat(g) Ukuran
Maizena*) 40 8 sdm
Tepung beras 50 8 sdm
Tepung singkong*) 40 7 sdm
Tepung sagu 40 7 sdm
Tepung terigu 50 10 sdm
Tepung hunkwe*) 40 8 sdm
Mie kering 50 1 gls
Mie basah 100 1 gls
Makaroni 50 o gls
Bihun 50 o gls


*) bahan makanan ini kurang mengandung protein sehingga perlu ditambah
o satuan penukar bahan makanan sumber protein


b. Golongan 2 : bahan makanan sumber protein hewani.
Satu satuan penukar mengandung: 95 kalori, 10 gram protein, 6 gram lemak.
Bahan makanan Berat (g) Ukuran
Daging sapi 50 1 ptg sdg
Daging babi 25 1 ptg kcl
Daging ayam 50 1 ptg sdg
Hati sapi 50 1 ptg sdg
Didih sapi 50 2 ptg sdg
Babat 60 2 ptg sdg
Usus sapi 75 3 bulatan
Telur ayam 60 2 btr

Bahan makanan Berat (g) Ukuran
Telur ayam negeri 60 1b btr bsr
Telur bebek 60 1 btr
Ikan segar 50 1 ptg sdg
Ikan asing 25 1 ptg sdg
Ikan teri 25 3 sdm
Udang basah 50 o gls
Keju 30 1 ptg sdg
Bakso daging 100 10 bj bsr
20 bj kcl


c. Golongan 3 : bahan makanan sumber protein nabati.
Satu satuan penukar mengandung: 80 kalori, 6 gram protein, 3 gram lemak, 8 gram karbohidrat.
Bahan makanan Berat (g) Ukuran
Kacang hijau 25 2 o sdm
Kacang kedele 25 2 o sdm
Kacang merah 25 2 o sdm
Kacang tanah terkupas 20 2 sdm
Kacang tolo 25 2 o sdm
Bahan makanan Berat (g) Ukuran
Keju kacang tanah 20 2 sdm
Oncom 50 2 ptg sdg
Tahu 100 1 bj bsr
Tempe 50 2 ptg sdg


d. Golongan 4 : sayuran.
Sayuran kelompok A, mengandung sedikit sekali kalori, protein, dan karbohidrat. Sayuran ini boleh digunakan sekehendak tanpa diperhitungkan banyakya.

Baligo Daun lobak Ketimun Pepaya muda Seledri
Cabe hijau besar Daun waluh Kol Petsay Tauge
Daun bawang Jamur segar Tebe terubuk Labu air Rebung
Daun kacang panjang Kangkung Oyong (gambas) Sawi Terong
Daun koro Kecipir Lobak Selada Tomat
Daun labu siam Kembang kol


Sayuran kelompok B, dalam satu satuan penukar mengandung: 50 kalori, 3 gram protein, dan 10 gram karbohidrat. Satu satuan penukar = 100 gram sayuran mentah dalam keadaan bersih = 1 gelas setelah direbus dan ditiriskan.

Bayam Daun lenca Daun pepaya Kacang panjang Labu waluh
Bit Daun lompong Daun singkong Kacang kapri Nangka muda
Buncis Daun mangkokan Jagung muda Katuk Pare
Daun bluntas Daun melinjo Jantung pisang Kucai Tekokak
Daun kecipir Daun pakis Genjer Labu siam Wortel
Daun ketela rambat

e. Golongan 5 : buah-buahan.
Satu satuan penukar mengandung: 40 kalori, 10 gram karbohidrat.
Bahan makanan Berat (g) Ukuran
Alpukat 50 o bh bsr
Apel 75 o bh sdg
Anggur 75 10 bj
Belimbing 125 1 bh bsr
Duku 75 15 bh
Durian 50 3 bj
Jambu air 100 2 bh sdg
Jambu biji 100 1 bh bsr
Jambu bol 75 1 bh sdg
Jeruk manis 100 2 bh sdg
Kedondong 100 1 bh bsr
Kemang 100 1 bh bsr
Bahan makanan Berat (g) Ukuran
Mangga 50 o bh bsr
Nanas 75 1/6 bh sdg
Nangka masak 50 3 bj
Pepaya 100 1 ptg sdg
Pir 100 o bh
Pisang ambon 75 1 bh sdg
Pisang raja sereh 50 2 bh kcl
Rambutan 75 8 bh
Salak 75 1 bh bsr
Sawo 50 1 bh sdg
Semangka 150 1 ptg bsr
Sirsak 50 o gls


f. Golongan 6 : Susu.
Satu satuan penukar mengandung: 110 kalori, 7 gram protein, 9 gram karbohidrat, 7 gram lemak.

Bahan makanan Berat (g) Ukuran
Susu sapi 200 1 gls
Susu kambing 150 1 gls
Susu kerbau 100 o gls
Susu kental tak manis 100 o gls
Bahan makanan Berat (g) Ukuran
Tepung susu whole 25 5 sdm
Tepung susu skim 20 4 sdm
Tepung saridele 25 5 sdm
Yoghurt 200 1 gls



g. Golongan 7 : Minyak
Satu satuan penukar mengandung: 45 kalori, 5 gram lemak.

Bahan makanan Berat (g) Ukuran
Minyak goreng 5 o sdm
Minyak ikan 5 o sdm
Margarin 5 o sdm
Kelapa 30 1 ptg kcl
Bahan makanan Berat (g) Ukuran
Kelapa parut 30 5 sdm
Santan 50 o gls
Lemak sapi 5 1 ptg kcl
Lemak babi 5 1 ptg kcl

Sumber : Bagian Gizi RSCM. Penuntun diet edisi kedua.
Tabel makanan yang harus diwaspadai oleh penderita diabetes
No Nama Makanan per 100 gram Kolesterol (mg) kategori
1. Daging asap (ham) 98 Sesekali
2. Iga sapi 100 Sesekali
3. Iga babi 105 Sesekali
4. Daging sapi 105 Sesekali
5. Burung dara 110 Sesekali
6. Ikan bawal 120 Sesekali
7. Daging sapi berlemak 125 Sesekali
8. Gajih sapi 130 Hati-hati
9. Gajih kambing 130 Hati-hati
10. Daging babi berlemak 130 Hati-hati
11. Keju 140 Hati-hati
12. Sosis daging 150 Hati-hati
13. Kepiting 150 Hati-hati
14. Udang 160 Hati-hati
15. Kerang/ seafood 160 Hati-hati
16. Belut 185 Hati-hati
17. Santan kelapa 185 Berbahaya
18. Gajih babi 200 Berbahaya
19. Susu sapi 250 Berbahaya
20. Susu sapi krim 280 Berbahaya
21. Coklat/ cacao 290 Berbahaya
22. Mentega/ margarin 300 Berbahaya
23. Jeroan sapi 380 Berbahaya
24. Jeroan babi 420 Berbahaya
25. Kerang putih/ remis/tiram 450 Berbahaya
26. Telur ayam 500 Berbahaya
27. Jeroan kambing 610 Berbahaya
28. Cumi-cumi 1170 Pantang
29. Kuning telur ayam 2000 Pantang
30. Otak sapi 2300 Pantang
31. Otak babi 3100 Pantang
32. Telur burung puyuh 3640 Pantang

(Sumber: RS Mitra Kemayoran)

2.5 Diet Pada Penderita DM
2.5.1 DM Gestasional
1. Diet KV (untuk DM pregestasional)
DM pregestasional untuk ibu yang sudah menderita DM sebelum hamil. Diet ini diberikan untuk diabetisi yang hamil. Komposisi diet ini sama dengan diet KV. Ada 4 macam diet untuk Diet-KV-Pregestasional, yaitu :
1. Diet KV (Pregestasional) T1 / Diet-KV-T1
Diet ini diberikan untk diabetisi hamil pada trimester 1.
2. Diet KV (Pregestasional) T2 / Diet-KV-T2
Diet ini diberikan untk diabetisi hamil pada trimester 2.
3. Diet KV (Pregestasional) T3 / Diet-KV-T3
Diet ini diberikan untk diabetisi hamil pada trimester 3.
4. Diet KV (Pregestasional) L / Diet-KV-L
Diet ini diberikan untuk diabetisi yang menyusui.

2. Diet B1 (untuk DM Gestasional)
Diet ini diberikan untuk penderita wanita yang diabetes mellitusnya diketahui saat hamil. Komposisi diet ini sama dengan diet B1. Ada 4 macam diet B1 gestasional, yaitu:
1. Diet B1 (gestasional) T1 / Diet-B1-T1
Diet ini diberikan untuk diabetisi hamil trimester 1.
2. Diet B1 (gestasional) T2 / Diet-B1-T2
Diet ini diberikan untuk diabetisi hamil trimester 2.
3. Diet B1 (gestasional) T3 / Diet-B1-T3
Diet ini diberikan untuk diabetisi hamil trimester 3.
4. Diet B1 (gestasional) L / Diet B1 L
Diet ini diberikan untuk diabetisi yang menyusui.
(Tjokroprawiro, 2006)

2.5.2 DM Pada Saat Puasa
Menurut hasil penelitian pada 60 penderita, ternyata diabetisi yang boleh berpuasa di bulan Ramadhan adalah :
1. Penderita tanpa disuntik insulin (dengan obat OAD/obat anti diabetik atau diet saja)
2. Kadar glukosa darahnya kurang dari 200 mg/dl pada dua jam sesudah makan.
Namun ternyata dari hasil penelitian penderita dengan kadar glukosa sampai 250 mg/dl pada dua jam sesudah makan masih dapat berpuasa selama bulan ramadhan (satu bulan) tanpa komplikasi yang berarti. Penderita dengan suntikan insulin kurang dari dua puluh unit dapat berpuasa, insulin disuntikkan pada waktu buka puasa.
Tergantung pada macamnya diet (Diet B atau Diet B1), jadwal makan penderita diabetisi pada bulan ramadhan adalah sebagai berikut :
1. Pukul 18.00 (30% kalori) : - Berbuka puasa (makanan utama I)
- Tablet OAD pertama dan vitamin (yang biasa diberikan pagi hari)
2. Pukul 20.00 (25% kalori) : - Sesudah tarawih (makanan utama II)
- Gerak badan dilaksanakan sesudah tarawih
3. Sebelum tidur malam (10% kalori): - Makanan kecil
- Tablet OAD yang kedua (bila ada, yang biasa diberikan siang hari)
4. Pukul 03.00 (25% kalori) : Makan sahur (makanan utama III)
5. Pukul 03.30 (10% kalori) : - Makanan kecil
- Vitamin kedua
Jangan memberikan tablet OAD pada saat sahur karena dapat menyebabkan hipoglikemia waktu bekerja. Bila penderita ingin berolahraga, laksanakan sesudah makanan utama II (sesudah tarawih). (Tjokroprawiro, 2006)

2.5.3 DM Berdasarkan Penyakit
a. Diet B
Komposisi diet B terdiri dari karbohidrat sebesar 68%, protein sebesar 12%, lemak sebesar 20%, rasio polyunsaturated fat : saturated fat sebesar 1:0, kolesterol per hari sebesar < be =" stadium" antara =" kudapan" 10 =" GULOH-SISAR)," 10 =" GULOH–SISAR," cs2 =" Telur,"> 45 mg/dl
3. LDL-kolesterol < 130 mg/dl
4. Trigliserida < 200 mg/dl

GULOH SISAR terdiri dari :
a. G (Gula)
Batasi penggunaan gula dan makanan/minuman yang terlalu manis. Untuk diabetisi, gula atau glukosa dilarang sama sekali.
b. Urat = asam urat
Batasi makanan yang mengandung banyak purin, karena purin dapat menimbulkan hiperurisemia dengan efek samping antara lain mudah timbul agregasi trombosit (penggumpalan darah) yang dapat memacu timbulnya aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah (juga dapat menyebabkan urolithiasis atau batu saluran kencing dan gout atau sakit sendi). Batasilah JAS-BUKE.
c. L (Lemak atau lipid)
Usahakan mencapai Desirable-LIPID TRIAD (kolesterol-total, trigleserida, kolesterol-HDL) seperti di atas, atau cegahlah terjadinya dislipidemia dengan cara :
 Hindari makanan berlemak secara berlebihan, jangan terlalu sering makan makanan yang aterogenik, kurangi makan TEK-KUK-CS2.
 Biasakan makan sayur dan buah-buahan setiap hari.
d. O (Obesitas)
Cegah kegemukan atau gizi lebih atau obesitas.
e. H (Hipertensi)
Jangan mengkonsumsi garam yang berlebihan, karena garam dapat memacu hipertensi (tekanan darah tinggi). Usahakan tensi tidak melebihi 140/90 mmHg.
f. S (Sigaret)
Berhenti merokok.
g. I (Inaktivitas)
Lakukan olahraga teratur setiap hari untuk menghilangkan kalori sekitar 300 kkal atau 2000 kkal/minggu atau jalan kaki setiap hari kurang lebih sejauh 3 km. Hindari inaktivitas (tidak berolahraga).
h. S (Stress)
Usahakan tidur nyenyak minimal 6 jam sehari agar dapat meredam stress.
i. A (Alkohol)
Berhenti minum alkohol.
j. R (Reguler Check Up)
Lakukan check up (kontrol) secara teratur tanpa mengganggu timbulnya gejala no (a) sampai (i) (juga untuk orang normal atau Non-DM, terutama untuk umur di atas 40 tahun). (Tjokroprawiro, 2006)

Senin, 11 Mei 2009

Program Pemberantasan Penyakit Menular Flu Burung

P2M Flu burung

Konsep Penyakit Flu Burung

Departemen Kesehatan mandefinisikan flu burung sebagai suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama lain dari penyakit ini antara lain avian influenza. Penyakit flu burung di Asia termasuk Indonesia sudah lama diidentifikasi yakni dari virus sub-type H5NI (Burhanudin Sundu, 2007). Departemen Kesehatan mencatat, dari 12 provinsi yang terinfeksi Flu Burung pada manusia, sampai dengan 31 Agustus 2008 terdapat 7 provinsi tidak ditemukan lagi yaitu Provinsi Lampung (infeksi 22 September 2005, 2 tahun 11 bulan), Provinsi Sulsel (infeksi 18 Juni 2006, 2 tahun 2 bulan), Provinsi Sumsel (infeksi 10 Maret 2007, 1 tahun 5 bulan), Provinsi Riau (infeksi 31 Oktober 2007, 10 bulan tak ada kasus), Provinsi Jawa Timur (infeksi 19 Maret : 1 tahun 7 bulan), Provinsi Sumatra Utara (infeksi 3 Mei 2007 : 1 tahun 3 bulan), dan Provinsi Bali (infeksi 14 Agustus 2007, 1 tahun). Sampai saat ini, penularan Flu Burung (FB) masih berasal dari unggas ke manusia. Berdasarkan pemeriksaan spesimen dan kontak kasus pada periode Januari – 31 Agustus sebanyak 986 (tahun 2006), 1.218 (tahun 2007), dan 805 spesimen (tahun 2008) dan terhadap kontak kasus, menunjukkan belum terjadi adanya penularan antar manusia. Berdasarkan surveilans epidemiologi Flu Burung pada akhir bulan Juli 2008 ditemukan 1 kasus positif Flu Burung atas nama Jk (L, 20 th) warga Tangerang Banten yang meninggal tanggal 31 Juli 2008. Sementara pada bulan Agustus 2008 tidak ditemukan adanya kasus baru. Pemeriksaan terhadap 12 orang suspek Flu Burung warga di Afdeling 5 Damuli Dusun IV Air Batu, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, awal Agustus lalu, semuanya negatif Flu Burung. Kasus suspek Flu Burung tersebut ditemukan berdasarkan kegiatan surveilans aktif sejak tanggal 5 – 7 Agustus 2008 oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan Dinkes Kabupaten Asahan.

Penularan virus flu burung ke manusia sampai terjadi kejadian sakit dapat melalui fakot-faktor berikut :

a.Binatang: kontak langsung dengan unggas yang sakit atau produk unggas yang sakit

b.Lingkungan: udara atau peralatan yang tercemar virus tersebut baik yang berasal dari tinja atau sekret unggas yang terserang virus flu burung (AI)

c.Manusia: sangat terbatas dan tidak efisien (ditemukannya beberapa kasus dalam kelompok / cluster)

d.Konsumsi produk unggas yang tidak dimasak dengan sempurna mempunyai potensi penularan virus flu burung.

Sifat virus avian influenza sebagaimana virus lainnya memerlukan bahan organik untuk tetap hidup. Didalam tubuh unggas dan babi virus avian influenza dapat berkembang biak atau bereplikasi menjadi sangat banyak Virus avian influenza juga bersifat labil atau mudah mengalami mutasi dari potogen ringan ke yang ganas atau sebaliknya. Virus avian influenza juga dapat beradaptasi dengan obat maupun vaksin. Sehingga perlu dilakukan monitoring faksinasi untuk mengetahui apakah vaksin yang dipergunakan masih efektif atau tidak. Jika tidak, maka harus dibuat vaksin yang baru dengan menggunakan virus yang ditemukan di lapangan yang dilemahkan.

Virus avian influenza merupakan virus yang lemah dan tidak tahan panas dan zat desinfektan (pencuci hama). Dalam daging ayam , virus ini mati pada suhu 80˚C selam satu menit atau 70˚C selama 30 menit. Pada telur ayam, virus avian influenza mati pada suhu 64˚C selama 4,5 menit. Namun pada kotoran ayam virus avian influenza ini mampu bertahan selama 35 hari pada suhu 4˚C. Sedangkan dalam air, virus tersebut dapat tahan hidup selama 4 hari dalam suhu 22˚C dan 30 hari dalam suhu 0˚C. Di kandang ayam virus bertahan selama 2 minggu setelah depopulasi ayam, namun virus ini dapat mati dengan desinfektan

Masa inkubasi dari virus flu burung rata-rata 3 (1 – 7 hari). Masa penularan pada manusia adalah 1 hari sebelum dan 3 – 5 hari setelah gejala timbul, sedangkan penularan pada anak dapat mencapai 21 hari. Gejala yang ditimbulkan sama seperti flu biasa, ditandai dengan demam mendadak (suhu 38°C), batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak, sakit kepala, malaise, muntah, diare dan nyeri otot. Penegakan diagnosa dari penyakit flu burung terdiri dari,

1. Riwayat penyakit, yaitu keluhan yang dirasakan (digunakan untuk mengetahui klasifikasi kasus) dan faktor resiko yang dimiliku oleh penderita,

2. Pemeriksaan fisik,

3. Pemeriksaan laboratorium,

a. Prosedur pengambilan sampel terdiri dari bilas hidung, usap nasofaring, usap orofaring dan sampel dari urin.

b. Sampel tersebut akan diuji untuk tes cepat untuk antigen influenza pada manusia tipe A maupun tipe B dan tes RT-PCR kualitatif untuk influenza manusia tipe A maupun tipe B.

4. Rontgen,

5. Kondisi pasien cenderung cepat memburuk, dengan komplikasi gagal ginjal, kolaps kardiovaskular, ventilator associated pneumonia, sepsis (tanpa bakteriemia) dan kegagalan pernapasan (Respiratory Failure)

Prinsip umum terapi yang dilakukan pada penyakit flu burung terdiri dari,

1. Terapi harus termasuk pengobatan terhadap pnemonia yang didapat di masyarakat yang belum jelas penyebabnya,

2. Cara penobatan sesuai dengan beratnya keadaan pasien,

3. Gunakan antibiotika untuk pengobatan infeksi sekunder,

4. Jangan gunakan aspirin atau derivatnya

Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Flu Burung

a. Program Nasional

1. Tujuan

a. Tujuan terpadu penanganan Flu Burung secara nasional adalah :

1. Mencegah perkembangan Flu Burung ke tahap berikutnya

2. Penatalaksanaan sebaik-baiknya pasien atau korban Flu Burung pada manusia dan hewan

3. Meminimalkan kerugian akibat perkembangan Flu Burung

4. Pengelolaan pengendalian Flu Burung secara berkelanjutan

b. Tujuan Umum :

1. Mempertahankan daerah bebas Flu Burung dan mengendalikan Flu Burung di daerah tertular

2. Menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat Flu Burung

3. Menurunkan dampak social ekonomi akibat Flu Burung

4. Meningkatkan kontribusi dalam pemecahan Flu Burung secara global


2. Target

1. Mengendalikan wabah Flu Burung pada hewan sampai dengan akhir tahun 2008:

a. Mempertahankan daerah bebas Flu Burung

b. Membebaskan Flu Burung dari sektor 1 & 2

c. Menekan kasus Flu Burung pada sektor 3 & 4

d. Mencegah penularan AI dari unggas ke ternak lain

2. Mencegah dan mengendalikan kejadian luar biasa (KLB) atau wabah pada manusia :

a. Mencegah penularan Flu Burung dari hewan ke manusia pada akhir 2008

b. Kesiapsiagaan menghadapi pandemic influenza

3. Strategi P2M Flu Blurung

Pemerintah menetapkan 10 Strategi nasional untuk penanggulangan Avian Influenza (Flu Burung) antara lain sebagai berikut,

1. Strategi I : Pengendalian penyakit pada hewan

Tujuan : menurunkan kasus kematian hewan dan mencegah penyebaran penyakit Flu Burung ke daerah yang lebih luas

Kegiatan pokok :

a. Melaksanakan depopulasi selektif pada daerah tertular

b. Melaksanakan stamping out pada daerah tertular baru

c. Memperketat biosecurity

d. Pengawasan lalu lintas pembawa media HPAI

e. Melakukan vaksinasi

Lima strategi :

1. Penguatan managemen berkelanjutan (perencanaan, aktivitas, pengorganisasian, koordinasi, monitoring dan evaluasi)


Tujuan :

a. Mengembangkan system dan mekanisme manajemen pengendalian Avian Influenza dan kesiapsiagaan menghadapi pandemic influenza

b. Memobilisasi sumber daya dari berbagai sumber dai dalam negeri dan internasional

Target :

Terbentuknya manajemen pengendalian Avian Influenza dan kesiapsiagaan Pandemic Influenza (PI) yang terintegrasi

2. Penguatan surveilans pada hewan dan manusia

Tujuan :

a. Memperkuat surveilans rutin dan SKD terpadu

b. Tim respons kejadian luar biasa dan manajemen kontak

c. Meningkatkan pelaksanaan surveilans penyakit ILI dengan fo€kus Avian Influenza pada saat Pandemic Influenza

Target :

a. Memperkuat surveilans termasuk SKD terpadu berbasis komunitas di setiap desa, berbasis laboratorium (8 lab regional)

b. Memperkuat lembaga-lembaga kesehatan hewan yang berada di Pusat dan daerah untuk mendukung surveilans dan peringatan dini

3. Pencegahan dan pengendalian

Tujuan :

a. Mencegah dan memutus rantai penularan AI dan Influenza pandemic

b. Pengendalian virus AI dan influenza pandemic pada daerah terjangkit

c. Menyediakan dan mengembangkan obat antivirus dan vaksin

Target :

a. Mempertahankan daerah bebas flu burung dan membebaskan wilayah tertular

b. Mengembangkan kapasitas penyediaan atau pembuatan obat anti virus dan vaksin

4. Penguatan kapasitas respons pelayanan

Tujuan :

a. Meningkatkan system pelayanan kesehatan manusia dan hewan di pusat dan di daerah

b. Meningkatkan kapasitas (SDM, peralatan, metode) RS rujukan

Target :

a. Memperkuat dan mengembangkan kapasitas 44 menjadi 100 RS rujukan

b. Menyiapkan kapasitas tenaga terlatih dalam pengendalian flu burung dan pandemic influenza

c. Dilengkapinya sarana dan prasarana serta sumber daya manusia lembaga pelayanan kesehatan hewan

5. KIE


1. Strategi II :Penatalaksanaan kasus pada manusia

Tujuan :

a. Kecepatan dan ketepatan diagnosa penyakit

b. Melaksanakan tata laksana kasus sesuai standar

Kegiatan yang telah dilakukan :

a. Memperkuat RSPI Soelianti Sarosa sebagai Rumah Sakit Rujukan Nasional

b. Menyiagakan 44 RS Rujukan AI 2006, dan 100 RS pada tahun 2007. (Dit Jen Bina Yanmedik)

c. Telah tersusun Pedoman Tata Laksana kasus di rumah sakit

d. Sosialisasi Tata Laksana kasus

e. Mengembangkan laboratorium AI di RS

2. Strategi III :Perlindungan kelompok risiko tinggi

Tujuan : Melindungi kelompok berisiko tinggi

Target : Terlindunginya kelompok berikut dari penularan AI :

a. Penyediaan Alat Pelindung Perorangan (PPE) Petugas medis dan paramedis kesehatan di RS, Lab, dan Petugas Penyelidikan Epidemiologi Lapangan

b. Distribusi bantuan PPE LENGKAP dari JICA 110 SET

c. Distribusi bantuan PPE Tidak LENGKAP : dari Singapura 440 set Stock PPE Asean di Singapura dari Jepang 700000 set dapat diminta bila diperlukan

3. Strategi IV :Surveilans epidemiologi pada hewan dan manusia

Tujuan :

a. Mengembangkan sistem surveilans Flu burung pada manusia dan hewan.

b. Mengembangkan sistem kewasapadaan dini pada manusia dan hewan.

c. Memperkuat kapasitas surveilans untuk mengahadapi pandemi.

d. Mengetahui penyebaran penyakit.

e. Mengetahui epidemiologi dan dinamika penyakit

f. Menetapkan pewilayahan (zoning penyakit)

Kegiatan yang telah dilakukan :

a. Mengembangkan PEDOMAN sistem surveilans TERPADU AI pada manusia dan hewan.

b. Mengikuti latihan di Singapura atas support pemerintah Singapura

c. Mengikuti latihan di australia atas support pemerintah australia. (9 orang depkes, 1 orang Deptan)

d. Menyiagakan tim Respon Cepat dan Penanggulangan

e. Mengikuti pelatihan dan workshop di Thailand (support WHO)

f. Melakukan penyelidikan Epidemiologi KLB AI/FB

g. Pengembangan Community Based Surveillance di Indramayu. (2 desa)

h. Mengembangkan surveilans ILI dan surveilans virologi AI bekerja sama dengan Badan Litbang Depkes dan di Suppport CDC Atlanta

i. Menyusun pedoman Tindakan Cepat dan penanggulangan Pandemi Influenza

Kegiatan yang akan dilakukan :

a. Pelatihan Penyelidikan Epidemiologi dan Respon Cepat, bantuan WHO

b. Memperkuat surveilans Integrasi di Provinsi dan Kabupaten (janji bantuan CDC dan Uni Eropa melalui WHO)

4. Strategi V :Restrukturisasi sisitem industri perunggasan

Tujuan : Memperbaiki struktur dan sistem perunggasan

5. Strategi VI :Komunikasi, informasi dan edukasi

Tujuan :

a. Mendiseminasi pengetahuan tentang flu kepada masyarakat.

b. Pemberdayaan masyarakat ikut aktif dalam surveilans.

c. Melakukan advokasi kepada pengambil keputusan kebijakan untuk menangani flu burung.

d. Membangun citra Indonesia di dunia internasional tentang upaya yang telah dilakukan.

Kegiatan yang telah dilakukan :

1. Pres release

2. Wawancara dan talk show di televisi dalam negeri dan luar negeri.

3. Leaflet, poster

4. Orientasipenanggulangan FB /AI untuk para wartawan

5. Buku saku waspada flu burung

6. Website : penyakit menular.info

7. Melakukan advokasi kepada pengambil kebijakan untuk menanggulangi AI

8. Mendampingi depkominfo dalam sosialisasi ancaman dan pencegahan AI

9. Membangun citra Indonesia di dunia internasional tentang upaya yang telah dilakukan

Kegiatan yang akan dilakukan :

1. Membangun jaringan juru bicara di provinsi dan kabupaten

2. Rencana pelatihan juru bicara (akan dibantu CDC Atlanta) untuk komunikasi resiko KLB.

6. Strategi VII :Penguatan dukungan peraturan

Tujuan :

a. Memperkuat perudangan yang memadai dalam rangka penanggulangan AI

b. Mengembangkan otoritas veteriner pada institusi terkait

c. Memperkuat lembaga yang membidangi peternakan dan kesehatan hewan disetiap propinsi dan kabupaten/kota

d. Memperkuat kelembagaan pelayanan kesehatan dalam penanggulangan AI

Target :

a. Ditetapkannya revisi atas UU no.6 tahun 1967 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pada akhir 2006

b. Tersusunnya Peraturan Pemerintah tentang penanggulangan AI pada akhir 2007

c. Tersusunnya tata hubungan kerja departemen dan antara pusat dan daerah termasuk swasta dan masyarakat

d. Terbentuknya dinas/sub dinas peternakan di kabupaten/kota tertentu

7. Strategi VIII : Peningkatan kapasitas

Tujuan :

a. Memperkut kapasitas surveilans

b. Meningkatkan kapasitas laboratorium diagnosis AI

c. Meningkatkan kapasitas rumah sakit dan poskeswan

d. Meningkatkan kapasitas veteriner lapangan

Kegiatan yang akan dilakukan :

a. Terbentuk dan berfungsinya tim surveilans integrasi di pusat dan di daerah pada tahun 2006

b. Terbentuk dan berfungsinya tim respon cepat terpadu di pusat dan di daerah pada tahun 2006

c. Terbentuknya laboratorium BSL 3 untuk hewan dan manusia pada tahun 2006 (BADAN LITBANG)

d. Berfungsinya 8 laboratorium regional untuk manusia dan 7 Lab kesehatan hewan, dan penambahan 2 laboratorium kesehatan hewan baru

e. Berfungsinya laboratorium karantina hewan di 40 UPT pada tahun 2008 untuk screening test AI

f. Berbentuknya jejaring kerja laboratorium untuk hewan dan manusia pada tahun 2006

g. Berfungsinya 44 rumah sakit rujukan pada tahun 2006

8. Strategi IX : Penelitian kaji tindak

Tujuan :

a. Melakukan penelitian dan mengembangkan vaksin AI pada hewan dan manusia

b. Memperbaiki peralatan diagnostic

c. Mengetahui pola transmisi virus AI

Target :

a. Teridentifikasinya strain virus AI pada akhir 2008

b. Tersedianya diagnostik kit yang spesifik dan sensitif pada akhir 2007

c. Teridentifikasinya kandidat vaksin AI pada akhir tahun 2008

9. Strategi X : Monitoring dan evaluasi

Tujuan :

Mengetahui perkembangan kegiatan dan dampak serta permasalahan yang timbul

Target :

Tersusunnya laporan monitoring dan evaluasi penanganan AI secara berkala (bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun)

Tata laksana pada kontak

1. Monitor ketat pada semua kontaks

2. Berikan obat antiviral saat ketemu gejala – panas ,batuk ,flu

3. Isolasi kontaks di rumah

4. Jaminan makanan dan air selama perawatan

Saat kejadian luar biasa diperlukan mengatur tempat tidur tersedia

a. Tentukan rumah sakit rujukan

b. Identifikasi fasilitas isolasi yang tersedia

c. Identifikasi fasilitas yang dikembangkan sebagai tempat

- Bangsal isolasi

- Rumah sakit isolasi

- Identifikasi fasilitas perawatan intensif yang dapat dikembangkan

Vaksin

1. Vaksin untuk AL pada manusia tidak tersedia

2. Berikan vaksinasi influenza pada petugas kesehatan

3. Bila vaksin tersedia

4. Identifikasi kelompok risiko tinggi untuk perlindungan segera mencakup para pekerja kesehatan dan para pekerja penting

5. Identifikasi mekanisme penyebaran vaksin

d. Isolasi disekitar KLB

Kapasitas Laboratorium

1. Identifikasi kapasiti lab. Yang ada

2. Identifikasi perluasan kapasiti dalam keadaan darurat.

a. Dukungan klinisi (Heamatology, Biochemestry)

b. Monitoring diagnostic jenis virus

3. Identivikasi strategi tranfortasi sample

a. Sample geografis

b. Sample beratnya penyakit

Pemulasaran Jenasah

1. Identifkasi yang meninggal

2. Penanganan Jenasah

a. Keamanan bagi petugas/ keluarga yang mendampingi

b. Budaya penguburan

3. Waspada dengan kematian masal

4. Komunikas dengan baik

Dukungan Pada Petugas

1. Psikologi support

2. Makanan

3. Keamanan

4. Proteksi

b. Program Puskesmas

1. Peran dan Fungsi Puskesmas

Puskesmas adalah tempat pelayanan kesehatan pertama yang dituju oleh masyarakat sebelum melakukan rujukan ke rumah sakit. Peran puskesmas dalam penanggulangan penyakit menular (P2M) Avian Influenza atau flu burung sangat penting, yaitu :

1. Deteksi kasus secara dini,

2. Rujukan kasus sedini mungkin,

3. Memfasilitasi pemberian Tamiflu dalam jangka waktu 48 jam,

4. Pencegahan terjadinya kasus baru.

Fungsi dari puskesmas dalam penanggulangan penyakit menular (P2M) Avian Influenza atau flu burung adalah,

1. Sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan, yaitu penekanan pada kegiatan-kegiatan promotif dan preventif dalam peningkatan tingkat kesehatan masyarakat,

2. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, yaitu masyarakat mempunyai hak dan daya (power) dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan kesehatan, dan meningkatkan keterlibatan masyarakat secara aktif, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi,

3. Sebagai pusat pelayanan kesehatan, yaitu terdiri dari dua kegiatan, wajib dan pengembangan, beberapa kegiatan wajib antara lain promosi kesehatan, kesehatan keluarga, gizi, kesehatan lingkungan, dan pengobatan yang profesional, bermutu dan aman.

2 Upaya Puskesmas dalam Penanggulangan Penyakit Flu Burung

Upaya-upaya yang dilakukan Puskesmas dalam pemberantasan Flu burung dilakukan dengan melalui beberapa pendekatan, antara lain :

1. Pendekatan PKMD (Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa), dengan pemberdayaan masyarakat.

Langkah-langkah yang diambil :

a. Melaksanakan langkah langkah konsolidasi di Puskesmas bersama seluruh staf puskesmas, pustu, bidan desa, perawat, dll

b. Melaksanakan langkah langkah advokasi dan bina suasana (kerja sama/partnership) dengan Camat dan Pejabat Kecamatan lain khususnya kepala desa yang terkena kasus.

Membicarakan tentang rencana :

1. Melaksanakan pertemuan tingkat kecamatan dengan pihak terkait

2. Melaksanakan penggerakan pemberdayaan di kelurahan kelurahan terutama yang ada kasus flu burungnya kemudian kelurahan lainnya

c. Melaksanakan pertemuan tingkat kecamatan, diikuti oleh desa-desa diwilayahnya.

2. Puskesmas ikut berperan dalam Desa Siaga.

Langkah-langkah yang diambil :

a. Mengkoordinasikan semua kegiatan

b. Melakukan pembinaan terhadap desa siaga

c. Menyiapkan fasilitas kesehatan yang diperlukan oleh desa siaga dalam penanganan kasus-kasus Kejadian Luar Biasa dan korban bencana

d. Melakukan sosialisasi kemasyarakat mengenai desa siaga

e Melakukan pelatihan penanggulangan KLB dan Kegawatdaruratan terhadap desa siaga

3. Puskesmas berperan sebagai kader Flu Burung.

Yang bertanggung jawab antara lain :

1. Deteksi dini gejala suspek avian influenza pada manusia

2. Surveilans sederhana

3. Penyuluhan pencegahan risiko penularan dari unggas dan olahannya ke manusia

4. Pemantauan kontak kasus

5. Menginformasikan pada masyarakat desinfeksi sumber penularan

6. Melaporkan ke puskesmas adanya kasus suspek sebagai bentuk komunikasi cepat rujukan


3. Surveilans Flu Burung Di Tingkat Puskesmas

Tujuan Umum :

Mengetahui perkembangan epidemiologi, virologi dan klinis Avian influenza yang mampu mendukung upaya penanggulangan KLB Avian influenza dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza.

Tujuan Khusus :

1. Deteksi dini wabah AI-unggas/hewan penular

2. Gambaran epidemiologi AI-unggas dan subtipe virus

3. Gambaran epidemiologi faktor risiko AI-unggas

4. Pemetaan daerah tertular, terancam dan bebas AI-unggas

5. Deteksi, peringatan dini & respon cepat kasus AI

6. Gambaran epid. AI (klinis, epidemiologi dan mikrobiologi), sumber dan cara penularan serta rumusan penanggulangannya

7. Deteksi dini risiko penularan AI unggas –manusia

8. Deteksi dini risiko penularan AI manusia – manusia

9. Gambaran klinis, fisiologi dan penata-laksanaan kasus serta resistensi obat


untuk gambar jejaring P2M dapat menghubungi saya ke indri.diyah.pl@gmail.com


disusun oleh indri diyah dan kelompok 5 keperawatan komunitas FKP UNAIR